Rumah Adat Suku Bali

Rumah adat suku Bali

Seperti rumah adat pada kebanyakan suku di Indonesia, Bali juga merupakan salah satu daerah di Indonesia yang terkenal akan budaya dan adat istiadatnya.

Selain terkenal akan kebudayaan, Bali pun sangat populer di mata dunia akan wisata alamnya yang terkenal eksotis yang luar biasa.

Begitu juga dengan rumah adatnya, masyarakat Bali mempunyai adat istiadat, budaya, dan nilai-nilai Hindu yang masih sangat kental.

Jadi jangan heran jika setiap rumah adat yang kalian jumpai di Bali memiliki aspek-aspek Hindu didalamnya, penasaran rumah adat apa aja?

Yuk, kita simak bersama ulasan berikut!

Gaya Arsitektur Rumah Adat Bali

Gaya arsitektur rumah adat Bali

Rumah adat Bali atau dikenal juga dengan sebutan Gapura Candi Bentar merupakan cerminan dari adat Bali yang kental dengan agama Hindu.

Beragam keunikan serta ciri khas dari sisi arsitektur telah terkandung di dalamnya sehingga membuat rumah adat Bali sangat menarik.

Arsitektur Gapura Candi Bentar terdiri dari dua bangunan menyerupai candi dengan bentuk sama dan sejajar satu sama lainnya.

Bangunan tersebut berfungsi sebagai pintu gerbang utama menuju candi, setelah masuk biasanya terdapat Pura (tempat ibadah umat Hindu).

Gapura ini merupakan tempat keluar-masuk ke area halaman rumah, pada gapura ini terdapat juga anak tangga serta pagar besi yang saling terhubung.

Pernahkah melihat secara langsung atau melalui televisi ada dua gapura yang merupakan bangunan candi sejajar di rumah-rumah Bali? Itulah yang disebut dengan Gapura Candi Bentar dan merupakan ciri khas utama dari rumah adat Bali.

Pada hakikatnya, bangunan adat dari daerah Bali mempunyai pedoman khusus dalam mendirikan bangunan tradisional tersebut seperti menggunakan Asta Kosala Kosali.

Secara filosofis, asta kosala kosali mengandung makna sebuah tatanan cara, tata letak, serta tata bangunan baik itu bangunan tempat tinggal/ bangunan tempat suci.

Baca juga: Rumah Adat Sumatera Utara

Patokan Dalam Pembagian Ruangan

Seperti yang sudah dijelaskan bahwa sejarah menuturkan aturan penempatan lahan diatur dalam Kitab Weda (Asta Kosala Kosali).

Rumah Bali sebagai miniatur alam semesta dan Bhuana Agung sebagai tempat beraktivitas bagi manusia/ Bhuana Alit.

Dalam pembangunan rumah adat Bali juga memiliki panduan sudut, yaitu sudut utara dan timur dianggap lebih suci ketimbang sudut lainnya.

Aturan Bangunan Rumah dan Gapura Candi Bentar

Selain Gapura Candi Bentar terdapat juga rumah adat yangg berbentuk segi empat dan di dalamnya pun ada beberapa bangunan yang memiliki fungsi berbeda.

Bangunan-bangunan tersebut dikelilingi oleh adanya tembok besar yang dapat memisahkan lingkungan luar dan dalam rumah.

Macam-macam Bangunan Rumah Adat Bali

Di Bali terdapat dua suku yang paling berpengaruh dalam bentuk bangunan rumah adat yaitu suku Bali Aga di Kintamani dan Karangasem serta suku Bali Majapahit.

Adapun beberapa bangunan rumah adat Bali, selengkapnya akan dijelaskan dibawah ini.

Aling-aling

Aling-aling rumah adat suku Bali

Sesuai dengan namanya yaitu Aling-aling merupakan pembatas antara Angkul-angkul dengan halaman yang menjadi tempat suci.

Masyarakat setempat mempercayai bahwa bangunan dalam rumah adat Bali ini dapat memberi aura positif bagi si pemilik rumah.

Di dalamnya terdapat ruangan yang bisa digunakan untuk beraktivitas bagi penghuninya bahkan sebagian orang juga ada yang menggunakan patung sebagai pembatas/ penyengker.

Angkul-angkul

Bale Angkul-angkul

Angkul-angkul adalah bangunan yang memiliki bentuk mirip seperti Gapura Candi Bentar yang membedakannya yaitu pada bangunan ini terdapat atap yang menyerupai piramida.

Fungsinya pun tidak jauh beda dengan Gapura Candi Bentar yaitu sebagai pintu masuk utama.

Sanggah atau Pamerajaan (Pura Keluarga)

Sanggah

Bangunan Sanggah adalah bangunan suci yang biasanya terletak disebelah ujung timur laut dari rumah tradisional tersebut.

Fungsi dari bangunan Sanggah sebagai tempat sembahyang dan juga berdoa bagi keluarga besar, khusunya untuk umat Hindu.

Baca juga: Rumah Adat Padang

Struktur Ruangan Rumah dan Fungsinya

Struktur rumah Bali

Nama Candi Gapura Bentar ternyata memiliki keunikan tersendiri dilihat dari desain pintu utama yang begitu besar yang sengaja tidak dikasih pembatas.

Di bangunan ini terdapat juga ukiran yang begitu unik yang menyerupai seperti halnya candi.

Jika kalian masuk ke dalam, maka akan melihat sebagian pagar tembok yang mencerminkan tentang beragam kehidupan di Bali yang masih kental.

Di dalam bangunan adat tersebut kalian akan menemukan berbagai ruangan begitu juga dengan fungsinya, berikut diantaranya.

Bale Manten (Bae Manten atau Bale Daja)

Ruangan Bale Manten

Ruangan yang di rumah adat ini diperuntukkan bagi kepala keluarga ataupun anak gadis (perawan).

Bale Manten merupakan ruangan khusus kedua keluarga dan selain itu tidak boleh ada yang diperbolehkan menempati bangunan ini.

Ruangan Bale Manten tersebut diletakkan di sebelah utara dari bangunan utama. Ruangan ini memiliki bentuk persegi panjang serta mempunyai 2 bale yang terdapat di sebelah kanan dan juga kiri.

Bale Manten atau dikenal juga sebagai Bae Manten/ Bale Daja seringkali menjadi bentuk perhatian keluarga terhadap anak gadis yang ada di dalam keluarga suku tersebut.

Bale Dauh atau Bale Tiang Sanga

Bale Dauh

Bale Dauh atau dikenal juga dengan nama Bale Tiang Sanga merupakan ruangan khusus untuk menyambut tamu yang singgah. Ruangan dalam rumah adat Bali ini juga difungsikan sebagai tempat tidur bagi remaja laki-laki.

Selain itu, Bale Dauh juga digunakan sebagai tempat kerja/ digunakan sebagai tempat diadakannya pertemuan-pertemuan pekerjaan.

Tak beda jauh dengan Bale Manten, bentuk Bale Dauh juga persegi panjang. Namun, Bale Dauh berada di sisi bagian barat dan letaknya yang di dalam ruangan.

Ciri khas lainnya dari Bale Dauh adalah terdapatnya tiang penyangga yang jumlahnya berbeda antara rumah satu dengan lainnya, dan posisi lantai yang lebih rendah dibanding Bale Manten.

Bale Gede (Bale Adat atau Bale Dangin)

Bale Gede

Bale diambil dari kata Balai yang biasa diartikan sebagai tempat kumpul. Sama hal nya dengan Bale Manten dan Bale Dauh, bentuk dari Bale gede adalah persegi panjang.

Adapun tiang penyangga bangunan Bale Gede memiliki jumlah sebanyak 12 buah tiang.

Ruangan Bale Gede berfungsi sebagai tempat untuk melaksanakan upacara adat. Hal inilah yang menyebabkan posisi Bale Gede harus lebih tinggi dibanding Bale Manten.

Bangunan Bale Gede memiliki ukuran yang lebih besar dibanding dengan bangunan adat lainnya.

Oleh karena itu selain di fungsikan sebagai tempat upacara adat. Ruangan ini juga digunakan sebagai tempat berkumpul dan tempat untuk menyajikan makanan khas Bali serta membakar aneka sesaji.

Bale Sakepat

Bale Sakepat rumah Bali

Bales Sakepat adalah sebuah bangunan yang hampir sama dengan gazebo. Bangunan ini memiliki 4 buah tiang yang digunakan untuk pavilium atau kamar anak.

Bagian rumah adat suku Bali ini juga mempunyai fungsi lain yaitu sebagai tempat bersantai anggota keluarga. Bangunan ini bisa dibilang cukup simple karena hanya berbentuk segi empat dan atap yang berbentuk pelana atau limasan.

Penginjeng Karang

Penginjeng karang rumah adat Bali

Penginjeng Karang merupakan sebuah tempat yang digunakan sebagai tempat untuk pemujaan yang khusus menjaga pekarangan, dan bukanlah sebagai tempat ibadah utama.

Bangunan ini biasanya terletak dibagian depan rumah, dan terdapat waktu tersendiri untuk melakukan pemujaan.

Lumbung

Lumbung Bali

Lumbung merupakan tempat khusus yang digunakan sebagai tempat penyimpanan makanan, seperti; jagung, padi, dan sebagainya.

Paon atau Pawaregan

Paon, dapur khas Bali

Paon atu pawaregan merupakan istilah untuk menyebut dapur pada rumah adat Bali, bangunan ini berukuran sedang.

Letaknya berada disebelah barat daya/ sisi selatan dari rumah utama. Paon terdiri atas dua area yaitu:

  • Area Jalikan; Ruang terbuka yang digunakan untuk memasak, di area ini terdapat pemanggang yang memakai kayu api.
  • Area Kedua; Area kedua yaitu Dapur. Sama hal nya seperti dapur pada umumnya, ruangan ini digunakan untuk menyimpan makanan serta alat-alat dapur.

Jineng atau Klumpu

 Rumah adat Bali

Jineng atau Klumpu merupakan bangunan yang digunakan masyarakat untuk menyimpan gabah yang telah dijemur.

Hal tersebut dilakukan guna menghindarkan gabah dari serangan burung dan terhindar dari jamur karena penyimpanan di tempat yang lembab.

Sedangkan untuk bagian bawah Jineng biasanya digunakan untuk menyimpan gabah yang belum di jemur.

Pada awalnya Jineng terbuat dari material kayu. Ciri khas Jineng adalah posisinya yang dibuat lebih tinggi serta dirancang layaknya goa dengan atap terbuat dari jerami kering.

Namun, seiring perkembangnya zaman, Jineng saat ini kerap ditemui dengan material berupa pasir, batu bata, semen, dan sebagainya. Atapnya pun sudah menggunakan genteng.

Bale Deod

Ruangan Bale Deod masyarakat Bali

Tidak semua orang mengenal bagian ruangan ini, padahal memiliki fungsi yang tidak kalah penting dengan bagian lain yang terdapat dalam rumah adat Bali.

Pada umumnya ruangan Bale Deod digunakan sebagai tempat untuk menerima tamu atau dalam kata lain ruang tamu.

Fungsi lain dari ruangan ini yaitu untuk kegiatan adat dan Bale kematian. Apabila terdapat salah satu keluarga yang meninggal, maka akan di semayamkan di ruangan ini terlebih dalulu sebelum proses ngaben.

Materi lainnya: Rumah Adat Kaltim

Filosofi Rumah Adat Suku Bali

Filosofis rumah adat suku Bali

Menurut filosofi masyarakat Bali, kedinamisan dalam hidup akan tercapai jika ada hubungan yang harmonis antara aspek palemahan, pawongan dan parahyangan.

  • Palemahan artinya harus ada hubungan yang baik antara penghuni dan lingkungannya.
  • Pawongan artinya penghuni rumah.
  • Parahyangan adalah kewajiban manusia untuk dapat menjaga hubungan yang harmonis dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa.

Oleh karena itu, pembangunan rumah adat suku Bali harus melewati aspek tersebut yang dikenal dengan istilah Tri Hita Karana.

Rumah adat yang dibangun menggunakan aturan Asta Kosala Kosali ini bisa ibaratkan dengan Feng Shui dalam budaya Cina.

Dalam membangun rumah adat, suku Bali akan memetingkan arah kemana menghadap. Sebab, arah memiliki arti penting dalam kepercayaan masyarakat Bali.

Hal yang dianggap keramat atu suci adalah dengan meletakkan rumah pada arah gunung. Sebab, gunung adalah benda yang sangat keramat.

Arah yang menghadap ke gunung disebut dengan istilah Kaja. Sedangkan hal yang tidak suci akan diletakkan pada arah laut yang disebut dengan istilah Kelod.

Jadi, Pura desa yang dianggap suci akan menghadap ke arah gunung (Kaja). Sementara, Pura Dalem/ Kuil yang berhubungan dengan kematian akan diarahkan ke laut (Kelod).

Ragam Ukiran dan Hiasan Rumah Adat Bali

Ukiran rumah adat Bali

Umumnya, arsitektur tradisional Bali penuh dengan hiasan seperti ukiran dan pahatan yang terinspirasi dari kehidupan bumi berupa manusia, tumbuhan, dan juga binatang.

Beragamnya hiasan tersebut mengandung arti tertentu untuk mengungkapkan keindahan simbol-simbol serta penyampaian komunikasi.

Ragam ukiran dan hiasan yang kerap ditempatkan pada bangunan rumah adat Bali, antara lain:

  • Keketusan yaitu motif tumbuhan dengan lengkungan-lengkungan bunga besar dan daun lebar. Jenisnya ada bermacam-macam termasuk keketusan wangsa, bunga tuwung, bun-bun dan sebagainya.
  • Kekarangan yaitu pahatan dengan motif karangan seperti tumbuhan lebat dengan daun terurai ke bawah laiknya rumpun perdu.
  • Pepatran yaitu hiasan motif bunga-bungaan. Contohnya patra sari yang ditempatkan pada bidang sempit layaknya tiang-tiang dan blandar.

Keunikan Rumah Adat Bali

Arsitektur rumah adat Bali memang selalu mempunyai karakteristik khusus dalam setiap pembuatannya.

Hal tersebut tidak lepas dari kemampuan masyarakatnya yang masih mempertahankan warisan budaya Bali secara turun-temurun hingga sekarang

Keunikan dari arsitektur rumah adat Bali dapat kita lihat dari dari bentuk bangunan, yang biasanya memiliki  filosofi yang mendalam serta nilai-nilai agama Hindu.

Nah, berikut ini adalah beberapa keunikan dari rumah adat suku Bali yang menarik untuk diketahui:

  • Rumah adat suku Bali mempunyai pintu masuk yang bernama Gapura Bentar.
  • Rumah adat Bali memiliki banyak bangunan terpisah.
  • Ukiran pada rumah adat Bali memiliki banyak makna.
  • Bentuk rumah adat Bali persegi/ persegi panjang.
  • Arsitektur rumah adat Bali yang berdasarkan Asta Kosala Kosali.
  • Rumah adat Bali memiliki 3 aspek (Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan).

Penutup

Demikian pembahasan mengenai rumah adat suku Bali. Kita sudah sepatutnya bangga menjadi warga negara Indonesia karena memiliki rumah-rumah adat tradisional warisan nenek moyang yang masih eksis hingga sekarang.

Semoga bermanfaat!

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *